Show Sidebar

Kesalahan Umum dalam Desain yang Sering Bikin Gagal 😅

Pernah nggak sih, kamu lagi asyik-asyiknya bikin desain, udah ngabisin waktu berjam-jam, eh pas dilihat lagi hasilnya kok rasanya ada yang aneh, ya? Kayak ada yang kurang pas, tapi nggak tahu di mana letaknya. Kamu bolak-balik nge-zoom in, zoom out, geser sana-sini, tapi perasaan “ganjil” itu tetap ada. Rasanya tuh kayak lagi dandan, udah pakai baju paling kece, tapi kok sepatunya nggak nyambung. Gemes banget, kan? Kalau kamu pernah ngerasain ini, tenang… kamu nggak sendirian, kok. Aku juga sering banget ngalamin ini di awal-awal karier dulu!

Percaya deh, perasaan galau mandangin karya sendiri itu lumrah banget. Bahkan desainer senior pun kadang masih suka terjebak dalam lubang yang sama. Bedanya, mereka mungkin lebih cepat sadar di mana letak masalahnya. Nah, masalahnya sering kali bukan karena kamu kurang kreatif, tapi karena tanpa sadar kamu melakukan beberapa kesalahan umum dalam desain. Kesalahan-kesalahan ini tuh kecil, tapi dampaknya besar banget ke hasil akhir. Memahami ini adalah langkah awal yang super penting, karena di sinilah letak pentingnya desain yang baik; bukan hanya soal estetika, tapi juga soal komunikasi yang efektif ke audiens. Yuk, kita bongkar bareng-bareng kesalahan ini biar portofolio kamu makin kinclong!

Terlalu Ramai, Terlalu Meriah: Jebakan Desain yang Penuh Sesak

Ini nih, penyakit desainer pemula nomor satu! Saking semangatnya, semua elemen rasanya pengen dimasukin. Lima jenis font berbeda, palet warna pelangi, ditambah ikon, ilustrasi, dan ornamen di setiap sudut yang kosong. Niatnya sih biar kelihatan “wow” dan penuh, eh malah jadi kayak pasar malam. Mata yang lihat jadi bingung, pusing, dan nggak tahu harus fokus ke mana. Pesan utama yang mau kamu sampaikan jadi tenggelam dalam lautan elemen visual yang berisik.

Ingat, whitespace atau ruang kosong itu sahabat baikmu, lho. Jangan takut sama ruang kosong! Ruang kosong ini ibarat jeda napas dalam sebuah lagu, bikin setiap elemen punya panggungnya sendiri untuk bersinar. Coba deh bayangin kamar yang super berantakan dibandingin sama kamar yang minimalis dan rapi. Mana yang lebih bikin kamu nyaman dan bisa nemuin barang dengan cepat? Begitu juga dengan desain. Dengan memberikan ruang napas yang cukup, kamu membantu mata audiens untuk fokus pada hal-hal yang paling penting terlebih dahulu.

Sebagai salah satu tips desain untuk pemula yang paling ampuh, coba deh terapkan prinsip “less is more”. Setiap kali kamu mau menambahkan elemen baru, tanya dulu ke diri sendiri: “Apakah elemen ini benar-benar perlu? Apakah dia mendukung pesan utama?” Kalau jawabannya ragu-ragu, kemungkinan besar elemen itu nggak perlu-perlu amat. Fokus pada kesederhanaan justru sering kali menghasilkan desain yang jauh lebih elegan, profesional, dan to the point.

Drama Tipografi: Ketika Pemilihan Font Merusak Segalanya

Tipografi itu ibarat suara dari desainmu. Pemilihan font yang salah bisa bikin pesanmu jadi “salah ngomong”. Kesalahan yang sering terjadi adalah menggunakan font yang susah banget dibaca, misalnya font yang terlalu “keriting” atau dekoratif untuk teks panjang. Ingat, tujuan utama teks adalah untuk dibaca. Kalau audiens harus menyipitkan mata buat ngerti tulisanmu, berarti ada yang salah sama pilihan font-nya. Desain yang cantik jadi percuma kalau pesannya nggak sampai, kan?

Kesalahan lainnya adalah menggunakan terlalu banyak jenis font. Aturan praktis yang aman adalah: jangan pakai lebih dari 2-3 jenis font dalam satu desain. Kebanyakan desainer profesional bahkan hanya menggunakan dua: satu untuk judul (header) dan satu lagi untuk isi teks (body text). Menggabungkan font yang terlalu mirip juga bisa jadi jebakan, karena malah terlihat seperti sebuah kesalahan ketimbang pilihan desain yang disengaja. Coba padukan font yang kontras, misalnya satu font serif yang klasik dengan satu font sans-serif yang modern. Mereka akan saling melengkapi dengan cantik.

Ini semua balik lagi ke salah satu prinsip dasar desain grafis, yaitu keterbacaan atau readability. Pastikan ukuran font untuk body text tidak terlalu kecil, dan ada kontras yang cukup antara warna teks dengan background. Menggunakan semua teks dalam huruf kapital (ALL CAPS) juga sebaiknya dihindari untuk paragraf panjang karena membuat mata cepat lelah dan terkesan seperti sedang berteriak. Gunakan variasi seperti bold atau italic secukupnya untuk penekanan, jangan berlebihan.

Buta Warna Mendadak? Kesalahan Pemilihan Kombinasi Warna

Warna punya kekuatan untuk membangkitkan emosi dan membangun atmosfer. Tapi, kalau salah pilih, bisa-bisa malah bikin sakit mata! Salah satu kesalahan fatal adalah kontras yang rendah. Contoh klasiknya: teks kuning muda di atas background putih. Duh, siapa yang bisa baca coba? Selalu pastikan ada perbedaan yang jelas antara warna elemen di latar depan (seperti teks atau tombol) dengan latar belakangnya. Ada banyak kok, tools online gratis buat mengecek kontras warna, manfaatkan itu ya!

Selain kontras, menggunakan terlalu banyak warna cerah yang saling “bertabrakan” juga jadi masalah. Bayangin aja warna hijau stabilo digabung sama pink fanta dan oranye menyala. Bukannya menarik perhatian, yang ada malah bikin audiens pengen cepat-cepat buang muka. Sebaiknya, pilih satu atau dua warna utama, lalu gunakan warna netral (seperti putih, abu-abu, atau hitam) sebagai penyeimbang. Kalau kamu bingung, banyak banget website generator palet warna yang bisa jadi inspirasi.

Memahami sedikit psikologi warna juga membantu banget, lho. Warna biru sering diasosiasikan dengan kepercayaan dan ketenangan, makanya banyak dipakai di industri finansial. Warna merah bisa berarti bahaya, cinta, atau energi. Pentingnya desain yang baik juga terletak pada kemampuannya untuk berkomunikasi secara non-verbal melalui warna. Jadi, sebelum memilih palet, pikirkan dulu emosi dan pesan apa yang ingin kamu sampaikan kepada audiensmu.

Mengabaikan Hirarki Visual: Membuat Mata Pengguna Bingung

Pernah lihat poster atau website di mana semua elemennya punya ukuran yang sama? Judulnya sama besar dengan sub-judul, gambarnya sama dominannya dengan tombol CTA (Call-to-Action). Hasilnya? Kekacauan. Ini adalah contoh nyata dari pengabaian hirarki visual. Hirarki visual adalah seni mengatur elemen desain berdasarkan tingkat kepentingannya. Tujuannya adalah untuk memandu mata audiens, memberitahu mereka apa yang harus dilihat pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.

Ini adalah salah satu kesalahan umum dalam desain yang sering banget terjadi tanpa disadari. Tanpa hirarki yang jelas, audiens nggak akan tahu mana informasi yang paling krusial. Mereka akan merasa tersesat dan kemungkinan besar akan meninggalkan desainmu begitu saja. Cara paling mudah untuk menciptakan hirarki adalah melalui ukuran. Elemen yang paling penting (misalnya judul utama) harus jadi yang paling besar dan menonjol. Elemen pendukung bisa dibuat lebih kecil.

Selain ukuran, kamu juga bisa menggunakan warna, kontras, dan penempatan untuk membangun hirarki. Misalnya, sebuah tombol “Beli Sekarang” bisa diberi warna yang paling mencolok di halaman itu agar langsung menarik perhatian. Dengan menerapkan prinsip dasar desain grafis ini, kamu seolah-olah menjadi pemandu tur bagi mata audiens, membawa mereka dalam sebuah perjalanan visual yang logis dan menyenangkan dari satu titik ke titik lainnya.

Lupa Sama Pengguna: Pentingnya Desain yang Fungsional

Kadang, kita terlalu fokus membuat desain yang aesthetic sampai-sampai lupa fungsi utamanya. Desainmu mungkin super cantik, artistik, dan cocok buat dipajang di galeri seni. Tapi, apakah desain itu mudah digunakan? Apakah tombolnya jelas bisa diklik? Apakah alur informasinya mudah diikuti? Inilah yang sering terlewat, terutama dalam desain UI/UX. Desain yang hebat itu bukan cuma indah, tapi juga fungsional dan intuitif.

Contohnya, membuat desain website dengan menu navigasi yang tersembunyi di balik ikon yang tidak familiar. Atau membuat tombol dengan warna yang sama persis dengan teks biasa sehingga orang tidak sadar itu bisa diklik. Kesalahan-kesalahan ini membuat pengguna frustrasi. Ingat, kamu mendesain bukan untuk dirimu sendiri, tapi untuk orang lain. Cobalah tempatkan dirimu di posisi mereka. Apakah desain ini masuk akal? Apakah aku akan tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya?

Di sinilah letak pentingnya desain yang baik, ia harus mampu menjembatani antara keindahan dan kegunaan. Selalu pertimbangkan konteks penggunaannya. Desain untuk aplikasi mobile tentu akan berbeda dengan desain untuk poster cetak. Jadi, sebelum memulai, selalu tanya: “Siapa yang akan menggunakan ini dan apa tujuan mereka?” Menjawab pertanyaan ini akan membantumu membuat keputusan desain yang lebih cerdas dan berpusat pada pengguna, bukan hanya pada ego kreatifmu.

Detail Kecil yang Berdampak Besar: Alignment dan Konsistensi

Seringkali, perasaan “ganjil” yang kita bahas di awal tadi datang dari masalah yang satu ini: alignment atau perataan yang berantakan. Elemen-elemen yang seolah “mengambang” tanpa garis bantu yang jelas, jarak antar objek yang tidak konsisten, atau teks yang rata kiri lalu tiba-tiba di bagian lain jadi rata tengah tanpa alasan. Detail-detail kecil ini, kalau diabaikan, akan menciptakan kesan yang tidak rapi dan tidak profesional.

Biasakan untuk menggunakan grid atau garis bantu (guides) di software desainmu. Pastikan semua elemen yang seharusnya sejajar benar-benar sejajar. Apakah itu rata kiri, rata kanan, atau di tengah. Konsistensi adalah kuncinya. Jika kamu menetapkan jarak 16px antara judul dan paragraf, terapkan jarak yang sama untuk semua bagian serupa. Jika kamu menggunakan sudut tombol yang membulat, pastikan semua tombol punya radius sudut yang sama. Ini adalah tips desain untuk pemula yang akan langsung menaikkan level karyamu.

Konsistensi juga berlaku untuk gaya visual secara keseluruhan. Gunakan palet warna, gaya ikon, dan jenis font yang sama di seluruh halaman atau proyek. Inkonsistensi membuat desainmu terlihat seperti potongan-potongan puzzle dari kotak yang berbeda. Sebaliknya, konsistensi menciptakan harmoni, membuat desain terasa utuh, terpoles, dan dikerjakan oleh seorang profesional. Jangan remehkan kekuatan detail, ya!

Pertanyaan yang Sering Muncul (FAQ)

  • Bagaimana cara paling mudah untuk memilih kombinasi warna yang bagus?

    Cara termudah adalah menggunakan tools online seperti Coolors atau Adobe Color. Kamu bisa melihat palet warna yang sudah jadi atau membuatnya sendiri. Sebagai pemula, coba mulai dengan aturan 60-30-10: 60% warna dominan, 30% warna sekunder, dan 10% warna aksen untuk penekanan.

  • Apakah benar-benar tidak boleh menggunakan lebih dari 2 jenis font?

    Ini bukan aturan baku, lebih ke panduan aman. Desainer berpengalaman bisa saja menggabungkan 3-4 font dengan harmonis. Tapi untuk pemula, membatasi diri pada 2 font (satu untuk header, satu untuk body text) adalah cara terbaik untuk menghindari desain yang terlihat berantakan dan amatir.

  • Kenapa whitespace atau ruang kosong itu begitu penting dalam desain?

    Whitespace (ruang kosong) membantu mengurangi “kebisingan” visual. Ia memberikan ruang napas bagi setiap elemen, meningkatkan keterbacaan, dan membantu mengarahkan fokus audiens ke bagian yang paling penting. Desain yang penuh sesak membuat mata lelah, sementara desain dengan whitespace yang baik terasa lebih bersih, modern, dan profesional.

Jadi, Siap Bikin Portofolio yang Makin Keren?

Nah, itu dia beberapa kesalahan umum dalam desain yang seringkali jadi batu sandungan. Tapi ingat, membuat kesalahan itu adalah bagian dari proses belajar. Yang terpenting adalah kamu sadar, mau belajar, dan terus berlatih untuk jadi lebih baik. Jangan pernah takut untuk bereksperimen, tapi selalu ingat kembali prinsip-prinsip dasar yang sudah kita bahas tadi. Mendesain itu seperti sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir.

Dengan menghindari jebakan-jebakan ini, dijamin deh, desainmu bakal naik kelas dan portofoliomu makin memukau para rekruter. Terus asah kemampuanmu, perluas wawasanmu, dan jangan pernah berhenti berkarya. Kalau kamu sudah merasa percaya diri dengan portofoliomu, saatnya menunjukkan karyamu pada dunia dan menemukan pekerjaan desain impianmu. Yuk, temukan ribuan lowongan kerja desainer grafis, UI/UX, dan industri kreatif lainnya di website kami!

Leave a Comment