Curhat Karier: Jangan Sampai Kamu Melakukan Kesalahan dalam Membangun Karier Ini, Ya!
Hai, girls! Sini, deh, duduk bareng aku sebentar. Coba kita tarik napas dalam-dalam, terus hembuskan pelan-pelan. Gimana perasaanmu soal kerjaan hari ini? Pernah nggak, sih, kamu lagi bengong di depan laptop, terus tiba-tiba mikir, “Dulu kayaknya cita-citaku bukan jadi kayak gini, deh.” atau “Kok rasanya karierku stuck, ya? Jalan di tempat, nggak maju-maju.” Kalau pernah, tenang, kamu nggak sendirian, kok. Perasaan ini tuh wajar banget, hampir semua dari kita pasti pernah mengalaminya. Rasanya seperti kita sudah berusaha lari kencang, tapi ternyata kita lari di atas treadmill, capek iya, sampai ke tujuan nggak.
Jujur, ya, perjalanan karier itu memang mirip banget sama drama Korea, penuh lika-liku, kejutan, dan kadang ada episode di mana kita merasa jadi pemeran utama yang lagi apes banget. Kita seringkali nggak sadar kalau kita lagi melakukan beberapa ‘dosa kecil’ yang kalau ditumpuk, bisa jadi bumerang buat masa depan kita. Ini bukan karena kita nggak pintar atau nggak mampu, lho. Seringnya, sih, karena kita nggak tahu, nggak ada yang kasih tahu, atau kita terlalu sibuk ‘bertahan hidup’ dari hari ke hari sampai lupa melihat gambaran besarnya. Nah, artikel ini aku tulis khusus buat kamu, sahabatku, sebagai bahan obrolan santai kita buat ngebahas beberapa kesalahan dalam membangun karier yang sering banget terjadi tanpa kita sadari.
Terjebak di Zona Nyaman yang Sebenarnya Bikin Stagnan
Aku tahu banget rasanya, punya pekerjaan yang gajinya oke, teman-temannya asyik, dan rutinitasnya sudah kita hafal di luar kepala. Nyaman banget, kan? Tapi, coba deh tanya ke diri sendiri, “Kapan terakhir kali aku belajar hal baru di kantor?” atau “Apa tantangan terbesar yang aku hadapi di pekerjaan ini dalam 6 bulan terakhir?” Kalau jawabannya bikin kamu terdiam lama, mungkin ini pertanda kamu terlalu nyaman. Zona nyaman itu memang enak, tapi bahayanya, dia bisa membunuh potensi dan ambisimu secara perlahan.
Salah satu kesalahan umum di awal karier adalah terlalu cepat puas dan takut mengambil risiko. Kita takut meninggalkan sesuatu yang sudah pasti demi sesuatu yang belum jelas. Padahal, pertumbuhan itu selalu terjadi di luar zona nyaman. Anggap saja ini seperti kupu-kupu yang harus keluar dari kepompongnya. Prosesnya mungkin nggak nyaman dan menakutkan, tapi hanya dengan cara itulah ia bisa terbang. Mencari cara mengembangkan karier seringkali dimulai dengan langkah pertama yang paling menakutkan: berani mencoba hal baru, entah itu mengambil proyek yang lebih menantang, pindah ke divisi lain, atau bahkan mencari peluang di perusahaan baru.
Nggak perlu langsung resign besok, kok! Kamu bisa mulai dari hal kecil. Coba ajukan diri untuk terlibat dalam proyek di luar deskripsi pekerjaanmu. Ikut training yang ditawarkan kantor, meskipun topiknya terasa asing. Hal-hal kecil ini akan memaksamu untuk belajar, beradaptasi, dan yang terpenting, menunjukkan pada dirimu sendiri bahwa kamu mampu melakukan lebih dari yang kamu kira. Jangan biarkan rasa nyaman hari ini mengorbankan kesuksesanmu di masa depan, ya!
Menganggap Networking Itu Cuma Buat Orang yang ‘Jago Ngomong’
“Duh, aku introvert, nggak jago basa-basi.” Sering banget, kan, kita dengar atau bahkan kita sendiri yang bilang begitu? Banyak dari kita yang salah kaprah mengartikan networking sebagai acara formal di mana kita harus tukar kartu nama dengan sebanyak mungkin orang sambil melempar senyum palsu. Padahal, networking itu esensinya sederhana banget: membangun hubungan baik dengan orang lain. Ini adalah salah satu kesalahan dalam membangun karier yang paling sering diabaikan, padahal dampaknya luar biasa besar.
Coba deh ubah cara pandangmu. Networking itu bukan soal ‘memanfaatkan’ orang, tapi soal ‘terhubung’ dengan orang. Bisa dimulai dari hal paling simpel: ngobrol sama teman dari divisi lain pas makan siang, sapa senior yang kamu temui di lift, atau sekadar ikut nimbrung di komunitas online yang sesuai dengan minatmu. Tujuannya bukan untuk langsung minta kerjaan, tapi untuk saling kenal, bertukar cerita, dan belajar dari pengalaman mereka. Siapa tahu, dari obrolan santai soal hobi nonton film, kamu jadi tahu ada peluang proyek kreatif di tim lain?
Pengalamanku pribadi, beberapa peluang terbaik justru datang dari koneksi yang nggak disengaja. Dari teman lama yang tiba-tiba ngajak ngopi, atau dari kenalan di sebuah seminar yang ternyata beberapa tahun kemudian butuh seseorang dengan keahlian sepertiku. Jadi, jangan takut untuk memulai percakapan. Nggak perlu jadi orang lain, cukup jadi dirimu sendiri yang tulus dan penasaran dengan cerita orang lain. Anggap saja ini sebagai investasi jangka panjang untuk kariermu.
Berhenti Belajar Setelah Lulus Kuliah atau Dapat Kerja
Ini dia jebakan Batman yang sering banget bikin karier mandek. Banyak yang berpikir, “Akhirnya lulus juga, bebas dari belajar!” atau “Sudah dapat kerjaan tetap, ngapain lagi pusing-pusing ikut kursus?”. Girls, di zaman yang serba cepat berubah ini, pola pikir seperti itu bahaya banget. Skill yang relevan hari ini, bisa jadi usang tahun depan. Berhenti belajar adalah salah satu kesalahan dalam membangun karier yang paling fatal.
Dunia kerja itu dinamis banget. Teknologi baru muncul, tren industri berubah, dan ekspektasi perusahaan pun terus meningkat. Kalau kita nggak ikut beradaptasi, kita bakal ketinggalan kereta. Mencari cara mengembangkan karier itu artinya kita harus punya mentalitas sebagai ‘pembelajar seumur hidup’. Kita harus selalu haus akan pengetahuan dan keterampilan baru yang bisa menambah nilai jual kita di pasar kerja.
Untungnya, sekarang belajar itu gampang dan terjangkau banget. Kamu bisa ikut kursus online di platform seperti Coursera atau LinkedIn Learning, nonton tutorial di YouTube, dengerin podcast tentang industrimu, atau ikut webinar gratis di akhir pekan. Nggak harus langsung ambil sertifikasi yang mahal, kok. Mulai saja dari topik yang paling kamu minati atau yang paling relevan dengan pekerjaanmu saat ini. Misalnya, kalau kamu seorang marketing, coba pelajari dasar-dasar SEO atau social media analytics. Sedikit demi sedikit, ilmumu akan bertambah dan kamu akan jadi aset yang lebih berharga bagi perusahaan mana pun.
Jalan Terus Tanpa Peta: Abai pada Perencanaan Karier
Bayangin kamu mau liburan ke luar kota, tapi kamu nggak punya tujuan yang jelas, nggak buka Google Maps, dan nggak tahu mau naik apa. Kira-kira bakal sampai nggak? Mungkin sampai, tapi bisa jadi kamu nyasar, buang-buang waktu, dan akhirnya sampai di tempat yang nggak kamu suka. Nah, seperti itulah gambaran karier tanpa perencanaan. Ini adalah salah satu kesalahan dalam membangun karier yang sering kita lakukan karena terlalu sibuk dengan urusan sehari-hari.
Membuat perencanaan karier bukan berarti kamu harus punya rencana kaku 5 tahun ke depan yang nggak boleh meleset sedikit pun. Bukan! Anggap saja ini sebagai kompas yang membantumu menentukan arah. Tanpa arah, kamu akan mudah terbawa arus, menerima pekerjaan apa saja yang datang, dan akhirnya bingung sendiri kenapa kamu ada di posisi sekarang. Beberapa tips perencanaan karier yang bisa kamu coba adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini untuk dirimu sendiri:
- Apa sih yang sebenarnya aku nikmati dari pekerjaanku?
- Skill apa yang ingin aku kuasai dalam 1-2 tahun ke depan?
- Posisi atau jenis pekerjaan seperti apa yang kelihatannya menarik buatku di masa depan?
- Lingkungan kerja seperti apa yang bisa membuatku berkembang?
Dari jawaban-jawaban itu, kamu bisa mulai menyusun langkah-langkah kecil. Misalnya, kalau kamu ingin jadi manajer, langkah kecilnya adalah belajar cara mendelegasikan tugas atau ikut pelatihan kepemimpinan. Kalau kamu ingin pindah ke bidang data science, langkah kecilnya adalah mulai belajar Python atau SQL dasar. Punya rencana, meskipun fleksibel, akan memberimu tujuan dan motivasi. Kamu jadi tahu apa yang harus diprioritaskan dan nggak gampang terdistraksi oleh hal-hal yang nggak mendukung tujuan jangka panjangmu.
Rumput Tetangga Selalu Lebih Hijau: Terlalu Sering Membandingkan Diri
Buka LinkedIn, lihat teman seangkatan sudah jadi manajer. Buka Instagram, lihat teman yang lain kerja di perusahaan multinasional impian sambil jalan-jalan ke luar negeri. Langsung deh hati ini rasanya nyesek, dan kita mulai bertanya-tanya, “Kok aku gini-gini aja, ya?” Sayangku, membandingkan perjalanan kariermu dengan orang lain adalah resep paling ampuh untuk merasa sengsara dan tidak bersyukur. Ini kebiasaan yang terlihat sepele, tapi merupakan kesalahan dalam membangun karier yang sangat merusak mental.
Ingat, ya, setiap orang punya garis waktu dan perjuangannya masing-masing. Apa yang kamu lihat di media sosial itu hanyalah sampul depan buku mereka. Kita nggak pernah tahu bab-bab penuh perjuangan, penolakan, dan air mata yang sudah mereka lalui. Fokus pada pencapaian orang lain hanya akan menguras energimu dan membuatmu lupa untuk merayakan pencapaianmu sendiri, sekecil apa pun itu. Berhasil menyelesaikan proyek sulit? Itu pencapaian! Dapat pujian dari atasan? Itu pencapaian! Berani menyuarakan pendapat saat rapat? Itu juga pencapaian luar biasa!
Daripada membandingkan, lebih baik jadikan kesuksesan orang lain sebagai inspirasi. Coba cari tahu, apa sih yang mereka lakukan hingga bisa sampai di titik itu? Skill apa yang mereka pelajari? Kebiasaan baik apa yang mereka terapkan? Gunakan itu sebagai motivasi untuk memperbaiki diri. Fokus pada progresmu sendiri, bukan pada posisi orang lain. Perjalanan kariermu itu unik, dan hanya kamu yang bisa menjalaninya dengan caramu sendiri.
FAQ: Pertanyaan yang Mungkin Ada di Kepalamu
- Aku merasa sudah melakukan banyak kesalahan ini, apa sudah terlambat untuk memperbaikinya?
Nggak ada kata terlambat sama sekali! Karier itu maraton, bukan lari sprint. Hal terpenting adalah kesadaranmu saat ini. Mulailah dari langkah kecil. Pilih satu kesalahan yang paling relate denganmu dan fokus untuk memperbaikinya pelan-pelan. Progress, not perfection! - Bagaimana cara memulai perencanaan karier kalau aku benar-benar bingung mau jadi apa?
Mulai dengan refleksi diri. Coba tulis semua hal yang kamu suka lakukan (bahkan hobi), hal yang kamu kuasai, dan nilai-nilai apa yang penting buatmu dalam hidup. Dari sana, coba cari irisan antara ketiganya. Jangan ragu juga untuk ngobrol dengan profesional di berbagai bidang atau bahkan konsultan karier untuk membuka wawasanmu. - Aku orangnya pemalu, ada tips praktis untuk mulai networking?
Tentu! Mulailah dari lingkungan terdekatmu. Ajak ngobrol teman satu tim yang jarang berinteraksi. Di LinkedIn, coba berikan komentar yang positif dan relevan di postingan orang lain, bukan sekadar ‘Up’. Ini cara yang halus untuk memulai interaksi tanpa harus bertemu langsung. Kualitas hubungan lebih penting dari kuantitas koneksi, kok.
Saatnya Memulai Babak Baru dalam Kariermu!
Gimana, girls, setelah obrolan panjang kita ini? Semoga kamu jadi lebih lega dan tercerahkan, ya. Ingat, membuat kesalahan itu manusiawi banget. Yang membedakan adalah apa yang kita lakukan setelah menyadarinya. Jangan biarkan kesalahan dalam membangun karier ini mendefinisikan masa depanmu. Justru, jadikan ini sebagai titik balik untuk menjadi versi dirimu yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih strategis dalam menata langkah.
Setiap langkah kecil yang kamu ambil hari ini untuk belajar, untuk terhubung, dan untuk merencanakan masa depan adalah investasi yang tak ternilai. Kamu punya kekuatan untuk mengubah arah kariermu menjadi seperti yang kamu impikan. Percaya, deh, sama kemampuanmu! Kalau kamu merasa inilah saatnya untuk mencari tantangan baru yang sejalan dengan tujuan kariermu, jangan ragu untuk melihat-lihat ribuan peluang kerja yang ada di website kami. Siapa tahu, pekerjaan impianmu hanya sejauh satu klik saja!


