Show Sidebar

Tips Interview Startup Anti Degdegan 🤩

Duh, senengnya bukan main pas dapet email dengan subjek “Undangan Wawancara Kerja”! Apalagi kalau undangannya datang dari startup impian yang selama ini kamu intip-intip di LinkedIn. Rasanya campur aduk ya, girls. Ada rasa bangga, semangat 45, tapi juga ada deg-degan parah yang bikin perut melilit. Kamu langsung buka lemari, mikirin mau pakai baju apa, sambil di kepala udah muter-muter, “Nanti ditanya apa, ya? Bisa jawab nggak, ya? Kalau aku kelihatan gugup gimana?” Tenang, sayang, kamu nggak sendirian. Perasaan kayak naik roller coaster ini wajar banget, kok!

Dapetin panggilan interview itu artinya CV dan portofoliomu sudah berhasil mencuri perhatian mereka. Selamat ya untuk langkah pertamamu! Sekarang, tantangan berikutnya adalah membuktikan kalau kamu bukan cuma keren di atas kertas, tapi juga sosok yang mereka cari untuk diajak berjuang bersama. Nah, interview di startup itu punya ‘rasa’ yang sedikit berbeda dari perusahaan korporat konvensional. Suasananya mungkin lebih santai, tapi pertanyaannya bisa lebih dalam dan personal. Mereka nggak cuma cari karyawan, tapi cari teman seperjuangan. Makanya, persiapan khusus itu wajib hukumnya. Yuk, kita bedah bareng-bareng semua tips interview startup biar kamu makin pede dan auto lolos!

Pahami Dulu ‘DNA’ Perusahaan: Kunci Sukses Persiapan Wawancara Kerja di Startup

Langkah pertama dan paling fundamental dalam persiapan wawancara kerja di mana pun, terutama di startup, adalah riset. Eits, tapi ini bukan riset biasa yang cuma buka halaman “About Us” di website mereka, ya. Kamu harus jadi detektif dadakan! Coba deh kamu kepoin habis-habisan soal startup itu. Apa sih misi besar yang mau mereka capai? Siapa aja pendirinya dan gimana cerita di balik berdirinya perusahaan? Isu atau masalah apa yang sebenarnya mau mereka selesaikan dengan produk atau layanan mereka? Ini penting banget, karena startup itu hidup dari visi dan semangat.

Coba deh luangkan waktu buat baca berita-berita terbaru tentang mereka. Apakah mereka baru dapat pendanaan? Baru meluncurkan fitur baru? Atau mungkin baru menang penghargaan? Jangan lupa juga untuk ‘main-main’ ke media sosial mereka, dari LinkedIn, Instagram, sampai Twitter. Lihat gimana cara mereka berkomunikasi, siapa saja yang bekerja di sana, dan seperti apa suasana kantornya. Dengan begini, kamu nggak cuma tahu data, tapi juga bisa merasakan ‘getaran’ atau vibe perusahaan. Informasi ini bakal jadi senjata ampuh banget buat nunjukkin kalau kamu bukan sekadar cari kerja, tapi benar-benar tertarik dan mau jadi bagian dari perjalanan mereka.

Setelah semua informasi terkumpul, coba hubungkan dengan dirimu sendiri. Gimana pengalaman kerjamu bisa relevan dengan tujuan mereka? Nilai-nilai pribadi apa yang kamu punya yang sejalan dengan misi perusahaan? Misalnya, kalau startup itu punya misi untuk memajukan pendidikan di daerah terpencil, dan kamu pernah jadi relawan pengajar, ini adalah cerita emas yang wajib kamu angkat! Dengan begitu, jawabanmu nanti nggak akan terdengar klise, tapi tulus dan punya dasar yang kuat. Kamu akan terlihat sebagai kandidat yang punya inisiatif dan benar-benar ‘nyambung’.

Tunjukkan Value, Bukan Cuma CV: Memahami Budaya Kerja Startup

Kalau di perusahaan besar mungkin yang paling utama adalah skill teknis dan pengalaman kerja yang mentereng, di startup ada satu hal lagi yang bobotnya setara: culture fit atau kecocokan budaya. Serius, ini krusial banget. Bayangin aja, tim di startup itu seringkali kecil dan sangat solid. Mereka kerja bareng, makan siang bareng, pusing bareng, sampai kadang nongkrong juga bareng. Makanya, mereka butuh orang yang nggak cuma pintar, tapi juga asyik dan bisa nyambung sama tim yang sudah ada. Penting banget buat kamu memahami budaya kerja startup incaranmu.

Jadi, gimana cara nunjukkin kalau kamu ‘satu frekuensi’ sama mereka? Pertama, tonjolkan soft skills yang paling dicari di dunia startup. Coba ceritakan pengalamanmu saat kamu harus cepat beradaptasi dengan perubahan, saat kamu berinisiatif mengerjakan sesuatu tanpa disuruh, atau saat kamu berhasil memecahkan masalah dengan cara yang kreatif meskipun sumber dayanya terbatas. Mereka suka banget sama orang yang proaktif, punya rasa ingin tahu yang tinggi (curious), dan nggak gampang menyerah. Jangan cuma bilang, “Saya orangnya adaptif,” tapi kasih contoh nyata. Misalnya, “Di pekerjaan sebelumnya, tim saya tiba-tiba harus mengubah strategi marketing H-7 sebelum campaign, dan saya langsung berinisiatif membuat timeline baru dan membagi tugas ulang agar semua tetap berjalan lancar.”

Yang terpenting, jangan takut untuk jadi diri sendiri. Tunjukkan kepribadianmu yang sebenarnya. Apakah kamu orang yang humoris? Atau mungkin kamu pendengar yang baik? Selama masih dalam koridor profesional, tunjukkan sedikit warna aslimu. Interviewer juga manusia, lho. Mereka ingin melihat sosok di balik CV yang kaku itu. Justru dengan menjadi otentik, mereka bisa lebih mudah menilai apakah kamu bakal cocok jadi ‘anggota keluarga’ baru mereka atau tidak. Ingat, mereka tidak sedang mencari robot, mereka mencari rekan tim yang bisa diajak tumbuh bersama.

Kuasai Ragam Pertanyaan Interview Startup yang Sering Muncul

Nah, ini dia bagian yang paling bikin deg-degan: sesi tanya jawab! Biar nggak panik, kuncinya adalah persiapan. Kamu harus familiar dengan jenis-jenis pertanyaan interview startup yang kemungkinan besar akan dilontarkan. Biasanya, pertanyaannya berkisar pada tiga tipe: perilaku (behavioral), situasional, dan teknis. Pertanyaan perilaku akan menggali pengalamanmu di masa lalu (“Ceritakan pengalaman Anda…”), sementara pertanyaan situasional akan menguji cara kamu menghadapi skenario hipotetis (“Apa yang akan Anda lakukan jika…”).

Beberapa contoh pertanyaan yang sering banget muncul antara lain:

  • “Ceritakan pengalaman paling menantang dalam karier Anda dan bagaimana Anda mengatasinya?” (Ini untuk melihat resiliensi dan kemampuan problem-solving kamu).
  • “Menurut Anda, apa yang membuat produk/layanan kami berbeda dari kompetitor?” (Ini untuk menguji hasil riset dan pemahaman bisnismu).
  • “Bagaimana Anda menghadapi feedback atau kritik yang tajam dari atasan atau rekan kerja?” (Ini untuk melihat kedewasaan emosional dan growth mindset kamu).
  • “Jika Anda diberikan sebuah proyek baru di luar deskripsi pekerjaan Anda, bagaimana Anda akan menyikapinya?” (Ini untuk mengukur fleksibilitas dan inisiatifmu).

Saat menjawab, usahakan untuk tidak memberikan jawaban yang terlalu singkat atau normatif. Gunakan teknik storytelling. Metode STAR (Situation, Task, Action, Result) bisa jadi panduan yang bagus, tapi sampaikan dengan gaya bercerita yang natural. Jelaskan dulu situasinya, apa tugasmu saat itu, aksi konkret apa yang kamu lakukan, dan yang terpenting, apa hasilnya. Hasil ini bisa berupa angka (misalnya “berhasil meningkatkan engagement sebesar 15%”) atau dampak kualitatif (“membuat alur kerja tim menjadi lebih efisien”). Cara ini membuat jawabanmu lebih berbobot dan mudah diingat.

Saatnya Kamu yang Bertanya: Tunjukkan Rasa Ingin Tahumu!

Pasti di akhir sesi interview, kamu akan mendengar kalimat sakti: “Apakah ada pertanyaan untuk kami?”. Girls, jangan pernah sekali-kali menjawab, “Tidak ada, semuanya sudah jelas.” Wah, itu bisa jadi lampu kuning buat rekruter! Momen ini adalah kesempatan emas buatmu untuk menunjukkan dua hal: pertama, rasa ingin tahu dan antusiasmemu yang besar; kedua, kesempatanmu untuk ‘menginterview’ mereka balik untuk memastikan apakah perusahaan ini benar-benar tempat yang tepat untukmu.

Siapkan minimal 3-4 pertanyaan cerdas yang sudah kamu pikirkan sebelumnya. Hindari pertanyaan yang jawabannya bisa kamu temukan dengan mudah di Google atau website mereka, ya. Itu menunjukkan kamu kurang riset. Sebaliknya, ajukan pertanyaan yang lebih mendalam dan spesifik. Ini beberapa contohnya:

  1. “Menurut Bapak/Ibu, seperti apa gambaran kesuksesan untuk orang yang mengisi posisi ini dalam 3 hingga 6 bulan pertama?”
  2. “Apa tantangan terbesar yang sedang dihadapi oleh tim ini saat ini, dan bagaimana peran saya nantinya bisa memberikan kontribusi untuk mengatasinya?”
  3. “Bagaimana budaya pemberian feedback di perusahaan ini? Apakah ada sesi one-on-one rutin atau platform khusus untuk itu?”
  4. “Saya sangat tertarik dengan nilai perusahaan tentang ‘continuous learning’. Program pengembangan diri seperti apa yang biasanya tersedia untuk karyawan di sini?”

Dengan bertanya seperti ini, kamu menunjukkan bahwa kamu adalah seorang pemikir strategis yang peduli dengan kontribusi dan pertumbuhan kariermu. Ini memposisikan kamu bukan lagi sebagai pencari kerja biasa, melainkan sebagai calon mitra profesional yang potensial. Pertanyaan yang berbobot akan meninggalkan kesan yang sangat positif dan membuatmu lebih menonjol dibandingkan kandidat lain.

Pilih OOTD Interview yang Pas: Antara Profesional dan Kasual

“Besok interview pakai baju apa ya?” Ini adalah drama klasik yang kita semua hadapi. Memilih OOTD untuk interview di startup memang agak tricky. Kamu nggak mau kelihatan terlalu kaku dengan setelan blazer formal ala eksekutif bank, tapi juga nggak mau kelihatan terlalu santai seolah mau pergi ke kafe. Kunci utamanya adalah “Smart Casual”. Ini adalah titik tengah yang sempurna antara profesionalisme dan kenyamanan.

Apa sih smart casual itu? Bayangkan perpaduan pakaian kerja yang rapi dengan sentuhan yang lebih rileks. Untuk atasan, kamu bisa pilih kemeja yang bahannya jatuh, blus dengan potongan yang menarik, atau bahkan kaos polos berkualitas baik yang dipadukan dengan blazer santai. Untuk bawahan, celana bahan (trousers), celana kulot, atau rok midi adalah pilihan aman. Pastikan semuanya bersih, tidak kusut, dan ukurannya pas di badan. Jangan lupa pilih sepatu bersih yang tertutup, bisa flat shoes, loafers, atau sepatu hak rendah yang nyaman.

Kalau masih bingung, ada satu trik jitu: lakukan ‘investigasi’ kecil! Coba deh kamu buka akun Instagram atau LinkedIn perusahaan. Biasanya suka ada foto-foto kegiatan kantor atau profil para karyawannya. Perhatikan gaya berpakaian mereka sehari-hari. Ini akan memberimu gambaran paling akurat tentang dress code tak tertulis di sana. Dengan berpenampilan yang ‘pas’, kamu akan merasa lebih percaya diri dan menunjukkan bahwa kamu sudah berusaha memahami budaya mereka bahkan sebelum bergabung.

Jangan Lupa Ucapkan Terima Kasih: Etika Pasca Wawancara

Sesi interview sudah selesai, kamu pun merasa lega. Tapi, perjuanganmu belum berakhir, lho. Ada satu langkah kecil yang sering disepelekan tapi dampaknya luar biasa besar: mengirimkan email ucapan terima kasih atau thank-you note. Ini bukan soal basa-basi, tapi soal menunjukkan profesionalisme, etika yang baik, dan menegaskan kembali minatmu pada posisi tersebut.

Kirimkan email ini dalam waktu maksimal 24 jam setelah interview selesai. Jaga agar emailmu singkat, tulus, dan to the point. Mulailah dengan mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan. Kemudian, sebutkan satu atau dua hal spesifik dari diskusi kalian yang menurutmu menarik. Misalnya, “Saya sangat antusias ketika mendengar tentang rencana ekspansi produk ke pasar X…” Ini menunjukkan bahwa kamu benar-benar menyimak saat wawancara.

Terakhir, tutup email dengan menyatakan kembali antusiasmemu terhadap peran tersebut dan sampaikan bahwa kamu menantikan kabar selanjutnya. Sebuah email singkat seperti ini bisa membuat namamu tetap segar di ingatan rekruter dan membedakanmu dari kandidat lain yang mungkin lupa melakukannya. Ini adalah sentuhan akhir yang manis dan profesional untuk melengkapi seluruh proses interview-mu.

Masih Penasaran? Ini Jawaban Cepat untuk Pertanyaan Umum

  • Berapa lama biasanya proses rekrutmen di startup?

    Prosesnya cenderung lebih cepat dari korporat, bisa berkisar antara 2 minggu hingga 1 bulan. Namun, ini sangat bervariasi tergantung urgensi posisi dan jumlah kandidat, jadi sabar saja ya!

  • Boleh nggak sih nanya soal gaji di interview pertama?

    Sebaiknya hindari, kecuali jika pihak interviewer yang memulainya lebih dulu. Fokuskan interview pertama untuk menunjukkan nilaimu. Topik gaji biasanya lebih pas didiskusikan di tahap selanjutnya, seperti saat interview dengan user atau HR di tahap akhir.

  • Bagaimana jika saya merasa gagal menjawab satu pertanyaan?

    Tenang, jangan panik! Satu jawaban yang kurang sempurna tidak akan langsung menggugurkanmu. Interviewer melihat gambaran besarnya. Tetap tunjukkan kepercayaan diri, fokus pada pertanyaan berikutnya, dan jika memungkinkan, kamu bisa sedikit menyinggungnya lagi di akhir sesi jika ada kesempatan.

Nah, itu dia serangkaian tips interview startup yang bisa kamu jadikan bekal. Ingat ya, girls, interview bukan cuma ajang pamer skill, tapi juga ajang untuk mencari ‘jodoh’ profesional. Tujuannya adalah menemukan tempat kerja di mana kamu bisa berkembang, bahagia, dan merasa jadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Jadi, persiapkan dirimu sebaik mungkin, tapi jangan lupa untuk tetap menjadi dirimu sendiri. Tarik napas dalam-dalam, pancarkan aura positifmu, dan tunjukkan pada mereka bintang seperti apa dirimu!

Sudah siap menaklukkan interview di startup impianmu? Yuk, mulai langkah pertamamu dengan mencari ribuan lowongan kerja startup keren di website kami sekarang juga! Kesempatan emas menantimu!

Leave a Comment